Perusahaan Smelter Jangan Ugal-ugalan
RM.id Rakyat Merdeka – Kasus meledaknya tungku pemurnian mineral (smelter) kembali terulang. Kali ini, tungku smelter milik perusahaan asal China PT Sulawesi Mining Investment (SMI) meledak pada Jumat (19/1/2024). Dengan demikian, dalam kurun sebulan ini, telah terjadi tiga kali ledakan smelter.
Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengaku heran kasus yang sama terulang lagi di dalam Kawasan PT Indonesian Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah.
Dia pun bertanya-tanya, apakah kecelakaan smelter ini menunjukkan bahwa smelter milik China buruk.
“Ledakan smelter yang beruntun ini mencerminkan bahwa tata kelola usaha industri smelter tidak sebaik yang digembar-gemborkan,” kata dia, Minggu (21/1/2024).
Sebelumnya, kebakaran dan ledakan hebat menimpa smelter milik PT Indonesia Tsinghan Stainless Steel (ITSS) pada Minggu (24/12/2023) dan PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) pada Kamis (28/12/2023).
Ledakan smelter di PT ITSS menyebabkan 21 pekerja meninggal dan puluhan lainnya luka-luka.
Adapun PT SMI, PT ITSS, dan PT GNI, tiga-tiganya dimiliki investor asal China.
Untuk itu, dia meminta Pemerintah bertindak tegas dan segera mengaudit seluruh smelter China yang ada di kawasan PT IMIP.
Evaluasi ini dalam rangka memastikan izin usaha industri yang diberikan benar-benar dijalankan secara aman dan benar-benar sesuai standar protokol kesehatan dan keselamatan kerja.
“Kita khawatir dengan berbagai kemudahan dan insentif baik fiskal maupun nonfiskal yang telah diberikan, perusahaan smelter ini justru lalai dan ugal-ugalan dalam menjalankan tata kelola industri. Akhirnya yang jadi korban adalah pekerja,” tegasnya.
Anggota Fraksi PKS ini juga mendesak Pemerintah tidak ragu mencabut izin industri smelter yang terbukti mbalelo dan mengancam keselamatan para pekerja.
Tindakan tegas ini diperlukan agar peristiwa ini tidak sampai terulang. Terlebih, ledakan smelter PT SMI ini terjadi dalam waktu yang sangat berdekatan dengan kasus PT ITSS dan PT GNI.
“Sebab, persoalan ini bukan hanya soal keamanan dan keselamatan pekerja saja, tetapi juga upaya menjaga marwah Pemerintah agar tidak dipandang sebelah mata oleh investor asing,” tegasnya.
Hal senada dilontarkan anggota Komisi VII DPR Rofik Hananto. Menurutnya, insiden ini menambah catatan buruk bagi program hilirisasi yang dilakukan Pemerintah. Apalagi sepanjang tahun 2023 saja terdapat 20 kali kecelakaan terkait industri smelter.
“Kejadian meledaknya smelter PT SMI ini juga sangat ironis karena terjadi pada saat Pemerintah masih belum usai dalam menyelidiki insiden ledakan smelter yang terjadi di pabrik PT ITSS dan PT GNI,” sesalnya.
Rofik juga memberi catatan merah kepada PT SMI atas ledakan smelternya kali ini. Sebab, menurut data LSM Trend Asia, dua insiden sebelumnya di PT SMI terjadi dari tahun 2017 dan 2018.
Untuk itu, dia mendesak Pemerintah mengevaluasi ulang program hilirisasi nikel ini. Sebab, dalam pelaksanaannya, lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
“Masyarakat banyak dirugikan berupa nilai tambah yang kecil, terjadinya kecelakaan dan korban jiwa, kerusakan lingkungan hidup, dan juga cadangan nikel terus menipis,” tegasnya.https://akuitwet.com/